Blog terlantar

Merelakan Hidupnya untuk Orang Lain

Bagi manusia, hidup adalah yang paling berharga, karena itu,
orang-orang kerap menggunakan bahasa yang paling indah untuk menyanjung
orang-orang yang mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan orang lain. Yang
ingin diceritakan di sini adalah sebuah kisah yang terjadi pada 94 tahun
silam, sebab dan alasan kisahnya yang tidak lekang oleh waktu adalah
karena ia masih tetap menyalakan kemuliaan sifat manusia.

Peristiwa itu terjadi pada 14 April 1912, di atas kapal pesiar mewah
Titanic yang dijuluki sebagai “kapal yang tidak tenggelam”. Seperti
diketahui umum, kapal itu sedang dalam pelayaran perdana menuju Benua
Amerika, namun, malang kapal itu menghantam gunung es, dan
perlahan-lahan badan kapal tenggelam.

Saat itu lebih dari 2200 penumpang di atas kapal itu panik dengan cepat
mereka menenangkan diri, semua orang dengan sabar dan santun
mendahulukan wanita dan anak-anak untuk lebih dulu meninggalkan kapal,
menaiki sekoci penolong yang jumlahnya tidak banyak itu. Di saat itu,
seorang wanita parobaya mengarah ke sebuah sekoci yang telah dipenuhi
penumpang, dan dengan cemas berteriak, “Apa ada yang bersedia merelakan
satu tempat duduknya untuk saya ? kedua anak saya berada di atas sekoci
itu!”

Ada yang menjawab :”Tidak ada tempat lagi, kalau disesaki lagi, maka
sekoci ini akan tengelam!” “Mama..” melihat akan segera meninggalkan
mamanya, tak tahan kedua anak itu menangis sambil berteriak memanggil
mamanya dan bermaksud berlari ke arah mamanya yang berdiri di atas kapal
itu.
Ibunda mereka berada di hadapan untuk perpisahan selama-lamanya, hati
bagai teriris sembilu, air mata pun mengalir membasahi wajahnya, dan
dengan terisak-isak membiarkan anak-anaknya kembali ke sekoci.

Sekoci mulai bergerak, dan akan segera meninggalkan mamanya, berpisah
untuk selama-lamanya, kerabat di atas sekoci penolong dan kapal yang
tenggelam memandang hening dengan linangan air mata. Tepat di saat itu,
seorang gadis yang duduk di sisi kedua anak itu perlahan-lahan berdiri,
meninggalkan sekoci penolong yang dapat menyelamatkannya, kembali ke
atas kapal yang sedang tenggelam, dan dengan nada rendah dia berkata
pada ibu yang menangis pilu, “Sekarang di sebelah anakmu ada sebuah
tempat kosong, pergilah. Saya belum menikah dan tidak punya anak!”

Semua orang menatap dengan serius dan khidmat, dia telah merelakan
hidupnya kepada seseorang yang tidak dikenal!
Dua jam kemudian, Kapal Titanic itu pun tenggelam, malang, gadis asing
ini tewas bersama dengan 1500 lebih penumpang di atas kapal itu, dan
berbaring selamanya dalam pelukan di kedalaman laut yang luas. Tidak ada
yang tahu lebih banyak tentang dirinya, hanya terbetik kabar dia bernama
Ivone, ia bermaksud pulang ke kampung halamannya seorang diri di Boston
dengan menumpangi kapal itu. Ibu dan anak-anaknya yang tertolong itu,
selamanya juga tidak akan lupa orang yang telah menyelamatkan mereka.

Merelakan hidup sendiri untuk membantu orang lain, adalah hal yang
sangat mulia di dunia. Mereka tahu akan keindahan dan berharganya hidup,
karena itu, mereka mengalah dan mengorbankan diri sendiri agar orang
lain bisa terus menikmati keindahan hidup. Semua pahlawan-pahlawan dalam
sejarah ini layak untuk kita kenang. Sastrawan besar Shakespeare
mengatakan, “Ada yang hanya berkata sepatah kata saja, melakukan satu
hal, namun, dari masa ke masa orang-orang selalu mengingatnya”.

(Sumber: renminbao)

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.